Di
tulis Oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Harits
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam telah memasuki kota Makkah. Az-Zubair yang masuk
membawa bendera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari
sebelah atas, tidak menemukan rintangan sama sekali. Sementara pasukan Pedang
Allah Khalid bin Al-Walid bertemu dengan sejumlah prajurit musyrikin yang
kurang akal, dipimpin oleh ‘Ikrimah bin Abu Jahl, Suhail bin ‘Amr, dan Shafwan
bin Umayyah. Melihat kilatan pedang dan debu dari atas bukit, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam berkata: “Bukankah sudah saya larang untuk
berperang?”
Ada yang menjawab:
“Pasukan Khalid diserang, maka dia pun balas menyerang.” Kata beliau:
“Ketentuan Allah itu lebih baik.” Di antara yang menyerang Khalid adalah Hamas
bin Qais bin Khalid yang memang sudah menyiapkan senjata untuk berperang.
Ketika dia mengambil senjatanya untuk berperang di hari itu, istrinya berkata:
“Demi Allah, aku tidak yakin ada yang bisa menghadapi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya sedikitpun.” Kata Hamas: “Aku
benar-benar ingin menjadikan sebagian dari mereka sebagai pelayanmu.”
Katanya pula: Kalau
mereka datang hari ini, maka tak ada alasan bagiku Ini senjata ampuh dan tombak
yang hebat Serta pedang dengan dua matanya yang tajam Tatkala kaum muslimin
berhadapan dengan mereka dan terjadi pertempuran, terbunuhlah Kurz bin Jabir
Al-Fihri dan Khunais bin Khalid bin Rabi’ah dari pihak muslimin. Semula,
keduanya dalam pasukan berkuda Khalid bin Al-Walid tapi terpisah dari beliau,
lalu menempuh jalan yang berbeda. Akhirnya mereka pun terbunuh.
Sementara di pihak
musyrikin, ada duabelas orang tewas. Mereka pun kalah dan cerai-berai termasuk
Hamas, hingga lari masuk ke dalam rumahnya. Katanya kepada istrinya: “Kuncilah
pintu rumahku.” Istrinya bertanya: “Mana yang engkau janjikan itu?” Kata Hamas:
Andai kau lihat peristiwa Khandamah Saat Shafwan dan ‘Ikrimah melarikan diri
Kaum muslimin menghadapi kami dengan pedang terhunus Memutus semua lengan dan
kepala Pukulan mematikan hingga tak kami dengar kecuali erangan Raungan dan
jeritan di sekitar kami Niscaya kau tak akan mencela sepatah kata pun Dengan
mengenakan sorban hitam dan bersenjata lengkap, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam pun memasuki Makkah pada hari Jum’at tanggal 20
Ramadhan di atas kendaraannya Al-Qushwa sambil membaca surat Al-Fath.
Kemudian dibuatkanlah
tenda untuk beliau di dekat bendera yang telah ditancapkan oleh Az-Zubair. Membersihkan
Ka’bah Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mulai
thawaf di Ka’bah di atas untanya Al-Qushwa, sementara di sekeliling Ka’bah
masih ada 360 buah patung berhala. Setiap kali melewati satu berhala,
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menusuk berhala itu dengan
tongkat yang ada di tangan beliau sambil membaca:
وَقُلْ
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Yang benar telah
datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu
yang pasti lenyap.” (Al-Isra: 81)
Maka tersungkurlah
berhala-berhala tersebut. Setelah thawaf, beliau memanggil ‘Utsman bin Thalhah
lalu meminta kunci Ka’bah darinya. Beliau pun memasuki Ka’bah bersama Usamah
dan Bilal bin Rabah. Di dalam Ka’bah, beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan
Isma’il yang sedang mengundi dengan panah. Kata beliau: “Semoga Allah
membinasakan mereka (musyrikin, red.).
Demi Allah, keduanya
tidak pernah membagi dengan cara ini sama sekali.” Akhirnya gambar dan semua
yang ada di dalam Ka’bah dibersihkan. Beliau pun mengunci pintu Ka’bah dan
menghadap dinding berhadapan dengan pintu. Lalu pada jarak sekitar tiga hasta
beliau berdiri lalu shalat di sana. Kemudian beliau mengitari ruangan Ka’bah
dan bertakbir di setiap sudutnya serta mentauhidkan Allah Subhanahu
wata’ala.
Quraisy Menunggu
Keputusan Setelah selesai shalat di dalam Ka’bah, beliau membuka pintu dan
melihat orang-orang Quraisy sudah memenuhi Masjidil Haram, berbaris menunggu
apa yang akan beliau perbuat terhadap mereka. Setelah bertakbir tiga kali
beliau berkata:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ
عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، أَلَا كُلُّ مَأْثُرَةٍ أَوْ مَالٍ
أَوْ دَمٍ، فَهُوَ تَحْتَ قَدَمَيْ هَاتَيْنِ إِلاَّ سِدَانَةَ الْبيْتِ
وَسِقَايَةَ الْحَاجِّ، أَلَا وَقَتْلُ الْخَطَأِ شِبْهُ الْعَمْدِ السَّوْطُ
وَالْعَصَا، فَفِيهِ الدِّيَةُ مُغَلَّظَةً مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ، أَرْبَعُونَ
مِنْهَا فِي بُطُونِهَا أَوْلَادُهَا، يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ؛ إِنَّ اللهَ قَدْ
أَذْهَبَ عَنْكُمْ نَخْوَةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَظُّمَهَا بِالْآبَاءِ، النَّاسُ
مِنْ آدَمَ، وآدَمُ مِنْ تُرابٍ -ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ:
“Tidak ada sesembahan
yang haq kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia telah
membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan golongan musuh-Nya
sendirian. Ketahuilah, semua kebanggaan, kepentingan jahiliah, harta atau darah
maka seluruhnya berada di bawah tapak kakiku ini kecuali juru kunci Ka’bah,
minuman jamaah haji. Ketahuilah gangguan bukan niat membunuh -dengan cambuk
atau tongkat- diyat (denda, tebusannya) diperberat, seratus ekor unta, empat
puluh di antaranya yang di dalam perutnya ada anaknya. Wahai sekalian
masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah lenyapkan dari kalian kesombongan
jahiliyah dan membanggakannya dengan nenek moyang. Manusia itu dari Adam, dan
Adam dari tanah.”
Kemudian beliau
membaca:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 13)
Kemudian beliau
melanjutkan lagi: “Wahai bangsa Quraisy, apa dugaan kalian tentang yang akan
aku lakukan terhadap kalian?” Kata mereka: “Yang baik. Saudara yang mulia,
putra saudara yang mulia.” Kata beliau: “Saya hanya katakan kepada kalian
sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya (dalam firman Allah Subhanahu
wata’ala):
“Tiada celaan atas
kalian pada hari ini.” (Yusuf: 92)
Pergilah. Kalian semua
bebas.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membebaskan
mereka, padahal Allah Subhanahu wata’ala telah memberi
kekuasaan kepada beliau terhadap leher-leher mereka. Setelah itu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di Masjid.
Tiba-tiba berdirilah ‘Ali sambil membawa kunci Ka’bah di tangannya dan berkata:
“Ya Rasulullah, gabungkanlah untuk kami tugas menjaga hijab Ka’bah dan minuman
jamaah haji, semoga Allah melimpahkan shalawat untukmu.” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam pun berkata: “Mana ‘Utsman bin Thalhah?” Setelah
‘Utsman datang, beliau berkata kepadanya: “Terimalah kuncimu, wahai ‘Utsman.
Hari ini adalah hari kebaikan dan menepati janji.”
Disebutkan oleh Ibnu
Sa’d dalam Ath-Thabaqat dari ‘Utsman bin Thalhah, dia bercerita: “Dahulu kami
membuka pintu Ka’bah setiap hari Senin dan Kamis. Suatu ketika datanglah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin masuk bersama
beberapa orang. Saya pun menghalangi mereka dengan kasar serta mencaci beliau.
Tapi beliau bersikap lembut kepadaku. Kata beliau: “Wahai ‘Utsman,
mudah-mudahan engkau akan melihat suatu hari, kunci ini ada di tanganku dan aku
letakkan di mana aku mau.” Saya menukas: “Berarti Quraisy telah binasa dan hina
ketika itu.” Kata beliau: “Bahkan semakin ramai, dan mulia saat itu.” Beliau
pun masuk ke dalam Ka’bah.
Tapi perkataan beliau
tadi membekas dalam hatiku. Saya yakin suatu saat urusan ini pasti terjadi
sebagaimana yang dikatakan beliau. Kemudian, pada peristiwa Al-Fath, beliau
berkata: “Wahai ‘Utsman, berikan kepadaku kunci itu.” Saya pun menyerahkannya
kepada beliau. Beliau mengambilnya dari tanganku kemudian menyerahkannya
kembali kepadaku seraya berkata: “Ambillah, kekal selamanya. Tidak ada yang
mengambilnya dari (keluarga) kalian melainkan orang yang zalim.
Wahai ‘Utsman,
sesungguhnya Allah telah mengamanahkan kepada kalian rumah-Nya ini, maka
makanlah apa yang sampai kepada kalian dari Bait ini dengan cara yang baik.”
Setelah itu saya pun pergi, tapi beliau memanggilku. Saya pun mendekati beliau
yang lalu berkata: “Bukankah terjadi apa yang pernah saya katakan kepadamu?”
Saya pun berkata: “Betul. Saya bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Versi
lain menyebutkan, bahwa ‘Abbas berkeinginan menyimpan kunci itu di kalangan
Bani Hasyim, tapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyerahkannya
kepada ‘Utsman bin Thalhah.
Setelah itu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke rumah Ummu
Hani’ bintu Abi Thalib lalu mandi dalam keadaan ditutupi oleh putrinya Fathimah
x. Selesai mandi beliau shalat delapan rakaat, dan saat itu sedang masuk waktu
dhuha. Kejadian inilah yang dianggap sebagian ulama bahwa beliau mengerjakan
shalat dhuha. Setelah kemenangan betul-betul mantap, keadaan semakin tenang,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberi jaminan
keamanan kepada seluruh penduduk Makkah kecuali beberapa orang yang memang
sangat keterlaluan permusuhannya terhadap Islam dan pribadi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam.
Mereka harus dibunuh
meskipun bergantungan di tirai Ka’bah. Mereka itu antara lain adalah ‘Abdullah
bin Abi Sarh saudara susuan ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ikrimah bin Abi Jahl, ‘Abdul
‘Uzza bin Khathal, Al-Harits bin Nufail bin Wahb, Maqis bin Shubabah, Habbar
bin Al-Aswad, dua budak wanita milik Ibnu Khathal yang selalu bernyanyi
menyerang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Sarah bekas
budak sebagian keluarga Bani ‘Abdul Muththalib. Adapun Ibnu Abi Sarh, dia masuk
Islam dan dibawa ‘Utsman menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam minta jaminan keamanan. Beliau pun menerima sesudah menahan
diri dengan harapan ada sahabat yang mengayunkan pedang menebas lehernya.
Sebelumnya Ibnu Abi
Sarh sudah masuk Islam, berhijrah kemudian murtad dan kembali ke Makkah. Adapun
Ibnu Khathal, Al-Harits, Maqis, dan salah satu budak wanita itu dibunuh.
Sedangkan Habbar, dialah yang menyakiti Zainab yang hendak keluar dari Makkah
dalam keadaan mengandung. Habbar melarikan diri, kemudian masuk Islam dan baik
Islamnya. Adapun Sarah dan salah satu penyanyi itu dimintakan jaminan keamanan
kepada RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau
mengizinkan. Mereka pun masuk Islam.
Kemudian mereka
berkumpul untuk berbai’at. Beliau pun duduk di bukit Shafa sedangkan ‘Umar
duduk di bawah tempat beliau n menerima bai’at itu dari orang banyak. Mereka
pun berbai’at untuk mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya sesuai
kemampuan mereka. Setelah itu datanglah kaum wanita mereka hendak berbai’at
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antara mereka
adalah Hindun bintu ‘Utbah yang ketika itu menutupi dirinya agar tidak dikenali
karena teringat perbuatannya terhadap Hamzah bin ‘Abdil Muththalib. Ketika itu,
Abu Sufyan suaminya juga hadir.
Ketika dia mulai bicara
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengenalnya dan
berkata: “Engkau betul-betul Hindun?” Dia menjawab: “Saya Hindun. Maafkan semua
yang telah lalu semoga Allah memaafkan anda.” Kata beliau: “Engkau berbai’at
untuk tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatupun.” Katanya: “Sungguh,
anda mengambil atas kami apa yang tidak anda ambil terhadap para pria, dan
pasti kami berikan.” Kata beliau lagi: “Tidak boleh kalian mencuri.” Hindun
menukas: “Saya dahulu sering mengambil harta Abu Sufyan sekian sekian.” Abu
Sufyan menjawab: “Apa yang sudah lalu, kau halal mengambilnya.”
Beliau berkata: “Tidak
boleh kamu berzina.” Hindunpun berkata: “Wahai Rasulullah, apakah wanita
merdeka akan berzina?” Kata beliau: “Tidak boleh membunuh anak-anak kalian.”
Hindun memotong: “Kami telah mendidik mereka sejak kecil, dan setelah dewasa,
kalian bunuh mereka di Badr.” Mendengar jawaban ini, ‘Umar tak tahan, lalu
tertawa. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Kalian tidak boleh berbuat dusta yang dibuat-buat antara tangan dan kaki
kalian.” Kata Hindun: “Demi Allah, sungguh mengada-adakan kedustaan betul-betul
perbuatan yang sangat buruk.” Beliau melanjutkan: “Dan kalian tidak boleh
mendurhakai dalam urusan yang baik.” Kata Hindun lagi: “Tidaklah kami duduk di
majelis ini dalam keadaan hendak mendurhakaimu dalam urusan yang baik.”
Kemudian beliau berkata
kepada ‘Umar: “Bai’atlah mereka.” Maka dia pun menerima bai’at mereka dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan ampunan
bagi mereka. Setelah itu beliau memerintahkan Bilal meminta kunci Ka’bah dari
‘Utsman bin Abi Thalhah, lalu beliau membuka dan shalat di dalamnya. Setelah
beliau keluar, ternyata di sekitar Ka’bah manusia telah berkerumun. Maka beliau
pun berpidato di hadapan mereka sebagaimana telah disebutkan. Selanjutnya
beliau kirim Tamim bin Asad Al-Khuza’i, lalu memperbarui batas-batas tanah
haram. Menghancurkan Berhala Kemudian beliau n mulai mengirim beberapa pasukan
ekspedisi ke wilayah-wilayah sekitar Makkah untuk menghancurkan berhala yang
masih ada.
Beliau pun mengirim
Khalid bin Al-Walid z menghancurkan ‘Uzza yang merupakan berhala Quraisy paling
besar. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang keadaannya. Ada yang
mengatakannya berwujud pohon di Nakhlah yang disembah penduduk Ghathafan. Ada
pula yang mengatakannya dalam bentuk bangunan. Ada pula yang menyebutnya sebuah
rumah di Thaif. Sa’id bin Jubair mengatakan ‘Uzza adalah sebuah batu putih yang
disembah. Sesampainya di tempat pemujaan dan meruntuhkan bangunan yang ada,
Khalid kembali menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaporkan
hasil pekerjaannya.
Tapi Nabi n bertanya
kepada beliau: “Apakah engkau melihat sesuatu?” “Tidak,” jawab Khalid. Kata
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Kembalilah. Engkau belum
berbuat sesuatu.” Khalid kembali bersama pasukannya dengan marah karena
ternyata dia belum melaksanakan tugas menghancurkan ‘Uzza sebagaimana mestinya.
Ketika tiba di sana dilihatnya seorang perempuan hitam dalam keadaan telanjang
lari ke arah gunung. Ternyata dialah kuncen (juru kunci???) pemujaan berhala
‘Uzza. Khalid mengejarnya dan membunuhnya. Setelah itu dia kembali ke Makkah
menceritakan kejadian tersebut.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Itulah dia ‘Uzza.” Kemudian
mengutus ‘Amr bin Al-’Ash z ke daerah Ruhath menghancurkan Suwa’, berhala
Hudzail. Beliau pun berhasil menghancurkannya. Beliau juga mengutus Sa’d bin
Zaid Al-Asyhali menghancurkan Manah di Musyallal, berhala Aus, Khazraj dan
Ghassan di masa jahiliah, dan dia berhasil menghancurkankannya. Kemudian beliau
berkata kepada orang banyak: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
maka janganlah dia biarkan di rumahnya satu berhala melainkan dia hancurkan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar