Para pembaca
rahimakumullah semoga Allah menerima amalan-amalan kita dan mengampuni
dosa-dosa kita dengan ibadah puasa Ramadhan yang telah kita laksanakan serta
mengabulkan doa-doa kita.
Takwa, suatu istilah
yang pendengaran kita kerap mendengarnya, karena kata takwa merupakan istilah
yang pendek akan tetapi sangat besar kandungannya dan orang yang bertakwa akan
meraih kebaikan dunia dan akhirat. Untuk lebih memahami kandungannya mari kita
ikuti pembahasan berikut ini.
Makna Takwa
Para ulama telah banyak
yang memberikan pengertian tentang takwa diantaranya adalah perkataan Thalq bin
Habib rahimahullah, beliau mengatakan: “Takwa yaitu melakukan ketaatan kepada
Allah berdasarkan ilmu yang datang dari Allah semata-mata mengharap pahala
dari-Nya. Dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan ilmu yang
datang dari Allah karena takut akan adzab-Nya.”
Jika demikian, begitu
tingginya nilai ketakwaan disisi Allah ‘azza wa jalla. Bahkan tujuan
diwajibkannya puasa Ramadhan yang baru saja kaum muslimin melaksanakannya
adalah agar mereka bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla, sebagaimana firman-Nya
:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Ketakwaan yang dimaksud
bukan hanya di bulan Ramadhan saja namun juga di selain bulan Ramadhan. Oleh
karenanya, tidak benar anggapan bahwa bertakwa kepada Allah cukup di bulan
Ramadhan, sementara setelah keluar dari bulan itu merasa bebas sehingga kembali
melakukan berbagai dosa dan kemaksiatan dengan anggapan dosanya akan diampuni
dengan melaksanakan puasa Ramadhan di tahun yang akan datang. Hal ini karena
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Barangsiapa puasa
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala hanya dari Allah, niscaya akan
diampuni dosanya yang lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Perlu diketahui bahwa
ampunan yang dimaksud dalam hadits di atas adalah ampunan bagi dosa-dosa kecil,
bukan dosa besar. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Shalat lima waktu,
Jum’at ke Jum’at berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya sebagai penebus
dosa yang terjadi diantara keduanya apabila dijauhi dosa-dosa besar.” (HR.
Muslim no.233)
Sedangkan dosa besar
tidak akan diampuni, kecuali pelakunya bertaubat dengan taubat yang tulus
(taubatan nashuhan). Perintah untuk bertakwa kepada Allah azza wa jalla sangat
banyak dalam Al-Qur’an. Diantaranya firman Allah azza wa jalla :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran:
102)
Dan juga firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Rabb-kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kalian.” (An-Nisa’: 1)
Dan firman-Nya pula :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71)
Para pembaca yang
semoga dirahmati Allah, ketiga ayat di atas sering dibaca Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam dalam pembukaan khuthbahnya yang dikenal dengan KHUTHBATUL
HAAJAH. Hal ini menunjukkan pentingnya takwa sehingga beliau shalallahu ‘alaihi
wa sallam sering kali mengingatkan kaum muslimin untuk senantiasa bertakwa
kepada Allah azza wa jalla.
Kedudukan Takwa
- Takwa adalah
sebaik-sebaik bekal
Para pembaca
rahimakumullah, ketahuilah! Bekal yang terbaik bagi seorang hamba untuk meraih
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak adalah bekal ketakwaan kepada
Allah. Sebagaimana telah Allah azza wa jalla jelaskan dalam firman-Nya :
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Dan Sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang
berakal.” (Al-Baqaroh: 197)
Al-Imam As-Sa’di
rahimahullah ketika menafsirkan ayat tersebut mengatakan: “Adapun bekal yang
sebenarnya yang manfaatnya terus berlanjut bagi pelakunya di dunia maupun di
akhirat adalah bekal ketakwaan (kepada Allah azza wa jalla), yaitu bekal untuk
kampung akhirat yang kekal yang mengantarkan kepada kelezatan yang sempurna dan
kepada kenikmatan yang terus-menerus. Barangsiapa yang meninggalkan bekal ini,
maka dia akan terputus dengannya yang berarti ini menjadi peluang bagi setiap
kejelekan (untuk menjangkitinya), dan dia tercegah untuk sampai ke kampung
orang-orang yang bertakwa (Al-Jannah/surga-red). Ini adalah pujian bagi sifat
takwa.” (lihat Taisiru Al-Karimi Ar-Rahman, halaman 91)
- Kemuliaan hanya akan
dapat diraih dengan ketakwaan
Para pembaca semoga
Allah memuliakan kita semua, setiap orang pasti menginginkan kemuliaan dan
tidak menyukai kehinaan. Lalu dengan apa seseorang menjadi mulia? Kemuliaan
hanya dapat diraih dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, dan bukan dengan
banyaknya harta atau dengan tingginya kedudukan. Hanya dengan ketakwaan
seseorang akan mulia disisi Allah, sebagaimana telah Allah azza wa jalla
jelaskan dalam Al-Qur’an (yang artinya):
ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Al-Hujurat: 13)
Kapan dan dimana kita
bertakwa?
Saudaraku, ketahuilah!
bahwa Allah azza wa jalla Maha Mengetahui dan Maha Melihat, baik yang kecil
maupun yang besar, yang jauh maupun yang dekat, yang tampak maupun yang
tersembunyi. Semua itu dilihat dan diketahui oleh Allah azza wa jalla. Diantara
sifat-sifat-Nya yang lain adalah bahwa Allah azza wa jalla Maha Mendengar, baik
suara itu pelan ataupun keras. Allah azza wa jalla berfiman :
وَإِن
تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى
“Dan jika kamu
mengeraskan ucapanmu, Maka Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi.” (Thaha: 7)
Bahkan Allah azza wa
jalla Mengetahui apa yang terlintas dalam hati seseorang, sebagaimana
firman-Nya :
إِنَّ
اللَّهَ عَالِمُ غَيْبِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ
إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Sesungguhnya Allah
mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha
mengetahui segala isi hati.” (Faathir: 38)
Oleh karena itu,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat agar kita bertakwa kepada
Allah azza wa jalla dimanapun dan kapanpun kita berada. Beliau shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bertakwalah engkau
kepada Allah dimana saja kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan,
niscaya kebaikan (amal sholih) tersebut akan menghapuskannya (perbuatan
jelek-red); dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR.
At-Tirmidzi no.1987)
Kita diperintahkan
untuk bertakwa kepada Allah dimana saja kita berada, baik dalam keadaan
sendirian ataupun ditengah orang banyak, karena Allah azza wa jalla Melihat dan
Mengawasi kita dimana dan kapanpun kita berada.
Janji Allah Bagi Orang
Yang Bertakwa
Allah azza wa jalla
telah banyak menyebutkan janji-janji-Nya dalam Al-Qur’an bagi orang-orang yang
bertakwa, dan Allah azza wa jalla tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Diantara janji-janji-Nya adalah:
1. Akan diberi jalan
keluar dari kesulitan yang dia alami dan diberi rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Allah azza wa jalla berfirman :
وَمَن
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا{Ù}
وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ{Ú}
“Barangsiapa bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan (Dia akan)
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)
2. Akan dimudahkan segala urusannya. Hal
tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah azza wa jalla dalam
firman-Nya :
وَمَن
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
3. Akan diampuni dosanya dan diberi pahala
yang besar. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla :
وَمَن يَتَّقِ
اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرً
“Dan barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan
akan melipat gandakan pahala baginya.” (Ath-Thalaq: 5)
4. Akan dimasukkan ke dalam surga yang
penuh dengan kenikmatan dan kelezatan serta penuh dengan ampunan. Allah azza wa
jalla telah menjelaskan dalam firman-Nya :
مَّثَلُ
الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ
فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ
يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ
مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۖ وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن
رَّبِّهِمْ ۖ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا
فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
“(Apakah) perumpamaan
(penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di
dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (Muhammad:
15)
Penutup
Para pembaca semoga
Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya bagi kita semua. Itulah sekilas
pembahasan tentang takwa. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua,
dan semoga dapat mendorong kita untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah azza
wa jalla. Semoga Allah azza wa jalla memberi kemampuan kepada kita untuk
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta
menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa yang akan meraih
Al-Jannah (surga) yang penuh dengan kenikmatan. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.
(Sumber:
http://www.buletin-alilmu.com/?p=518)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar